Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Suparmin, Sang Inspirator

Sungguh Tuhan Maha Baik. Ia tahu apa yang dibutuhkan hamba-Nya. Niat mentransfer berujung pada sebuah ketidakdugaan. Super! Aku bersyukur dapat dipertemukan dengan sosok yang luar biasa sore ini. Seorang satpam bernama Suparmin. Berawal dari sebuah pertanyaan sederhana, aku larut dalam kisah-kisahnya penuh inspirasi. Siapa sangka, ia baru saja dari Singapore beberapa hari lalu. Mendapat penghargaan dalam lombaa Layanan Bank yang mengalahkan kompetitor bertitel S1 dan S2. Cukup di sini? Tidak! Sudah beberapa kali ia mengisi di forum-forum dan banyak orang dibuat heran dengannya. Di sini aku benar-benar melihat bahwa kepemimpinan bukan perkara posisi, melainkan mengenai pengaruh kuat. Sosoknya cerdas, berintegritas, ramah, tegas, terbuka, percaya diri, hanif dan...lain-lain telah mengilhami diriku di senja ini. Membuatku tertegun dan terbangun dari kantukan.Bukan untuk memuji dirinya, tapi untuk menginspirasi kita semua. Ia tidak pernah meninggalkan sholat malam, sedeka...

Over Connected Age

“I fear the day that technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots.”  -Albert Einstein Zaman berkembang pesat. Pada abad 18, manusia berfokus melakukan produksi pada bidang pertanian, peternakan, dan pertambangan. Zaman ini disebut dengan Era Pertanian/Agricultural Age. Siapa yang banyak memiliki ladang, maka dialah penguasanya. Kemudian masuk ke abad 19 yang disebut dengan Era Industri/Industrial Age dimana hal ini bermula dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt yang menandakan revolusi industri di dunia. Siapa yang banyak memiliki pabrik, maka dialah penguasanya. Setelah Era industri berakhir, masuklah era 1990an hingga saat ini disebut dengan Era Informasi/Information Age. Dimana siapa yang menguasai teknologi informasi, maka dialah yang menguasai dunia. Dan dari saat ini hingga masa depan kita akan memasuki Era Konseptual/Conceptual Era dimana kebutuhan manusia mengalami perkembangan secara variatif dan modern. ...

Karena Kata-Kata

 “Words have power, words are power, words could be your power.” -           - Mohammed Qahtani Kata-kata, sesuatu yang tak terlihat tapi nyata. Tak dapat dikunyah, tapi dapat dirasa. Tak dapat dihirup, tapi merasuk. Karena salah berkata-kata, lebih dari 7 juta manusia dapat turun ke jalan tanpa dibayar mengungkapkan protesnya. Karena kata-kata yang disampaikan dengan cinta, seorang bayi dapat hidup dan tumbuh dewasa. Karena kata-kata pula, seseorang dapat bahagia, senang, sedih, terharu, marah, dan jengkel. Kata-kata adalah kekuatan. Siapa yang yang menyepelekan kata-kata, maka ia telah kehilangan kekuatan. Ada sedikit cerita mengenai kata-kata. Pernah suatu ketika, di rumah saya terdapat bunga Adenium yang sudah lama tak berbunga dan mati. Kemudian ibu saya mengambilnya dan memasukkan ke pot yang berisi tanah dengan rapih dan hati-hati. Setelah itu bunga tersebut diletakkan di atas pagar depan rumah oleh ibu saya. Setiap hari bunga ters...

Inilah Aku

Di siang yang terik, ada seorang pemuda yang memiliki toko kebutuhan sehari-hari bersama seekor bighalnya (baca: hasil perkawinan silang antara keledai jantan dan kuda betina) yang sedang dalam perjalanan menuju pasar untuk belanja kebutuhan toko. Ia berangkat dari desa Ilang, tempat kediamananya. Namun, herannya  si pemuda tersebut tidak menuggangi bigholnya, akan tetapi jalan di sampingnya. Seorang penduduk melihat hal tersebut dan berujar pada pemuda tersebut,”Aneh, punya bighal malah dibiarin aja. Bukan dimanfaatin, malah dibiarin aja.” Mendengar celoteh tersebut, si pemuda pun memberhentikan langkahnya. Kemudian menunggangi bighalnya. Setelah keluar dari desa Ilang, sampailah ia di desa Alang.  Salah satu ibu-ibu yang sedang ngerumpi di sudut desa berujar,”Lihat itu! Pemuda yang ngga tahu diri. Bighol kecil malah ditunggangi. Tak berperasaan!” karena mendengar celotehan ibu tersebut, si pemuda pun turun dari bigholnya. Tak harus berbuat apa. Akhirnya si pemuda te...

Menentukan Skala Prioritas

Dalam hidup, kita banyak dihadapkan dengan pilihan. Entah itu pilihan untuk merdeka, pilihan untuk terkurung, pilihan untuk bergerak, pilihan untuk diam, dan sebagainya. Setiap individu berhak untuk menentukan pilihannya dan setiap individu memiliki alasannya. Namun, dari sekian banyak pilihan, apakah kita dapat memilih semuanya dalam waktu yang bersamaan? Dalam ilmu ekonomi, ada yang disebut dengan opportunity cost, yaitu kesempatan atau peluang yang hilang jika kita memilih suatu hal atau kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi, dan dalam hal pilihan yang akan kita pilih tersebut, kesempatan yang hilang tadi dianggap sebagai biaya peluang. Sebagai contoh, Ardan berusia 18 tahun. Dia punya uang 10 juta. Dia dihadapkan dengan dua pilihan selepas lulus SMA, kuliah atau kerja. Jika Ardan menggunakan uangnya yang 10 juta untuk kuliah, maka dia telah kehilangan kesempatan kerja yang penghasilannya bisa di atas 10 juta, dan bahkan relasi bisnis yang begitu luas. Jika Ardan memi...

Belajar Mencintai Indonesia

Masalah silih berganti di negeri ini. Kita dipanaskan dengan kabar yang setiap hari terbit. Mulai dari korupsi, pelemahan hukum, pembangunan yang mangkrak, degradasi moral , ketertinggalan infratruktur, pengikisan budaya dan berbagai macam jenisnya. Menurut saya, dari begitu banyaknya persoalan melanda bangsa ini yang menjadi sumber utamanya adalah karakter. Gara-gara karkaker, banyak pejabat yang turun kerja demi popularitas dan kepentingan, banyak jaksa mempermainkan hukum demi uang, banyak jurnalis memuat berita demi pesanan , banyak pengusaha mengenkspansi bisnis demi kekayaan, tapi tak peduli dengan lingkungan dan masih banyak lagi. Banyak orang berkata bahwa dirinya mencintai Indonesia. Suka datang ke event-event yang bertagline 'Majukan Indonesia ' atau buat status yang berhubungan dengan nasionalisme. Tapi bertolak belakang dengan perbuatan. Melupakan sesuatu yang sederhana padahal hal tersebut sangat fundamental. Karakter! Berapa banyak orang cerdas bergelar t...

Kepemimpinan Prokeristik VS. Kepemimpinan Melayani

Jika kita adalah seorang staf, pernahkah kita merasa dalam sebuah kepanitaan/acara/organisasi/komunitas yang kita berada di dalamnya berujar demikian “ kenapa yah kok pemimpin saya begitu banget, bossy, membosankan, kaku?” atau sebaliknya, jika kita adalah seorang pemimpin “Kenapa yah kok staf saya ngga mau nurut, ngga mau hadir kalo ada rapat, ngga antusias, sering izinnya ketimbang hadir atau kenapa yah kok rasanya di dalam tempt ini begitu monoton dan membosankan?” Jika ya demikian, maka kita harus cepat-cepat intropeksi diri. Apa yang salah dalam organisasi ini. Dan mungkin ini adalah dampak dari kepemimpinan prokeristik. Organisasinya jalan jika hanya ada bahasan proker atau target-target yang harus dicapai. Tuhan telah memberikan hati pada setiap manusia dan Dia telah menanam cinta, kasih sayang, nafsu, perasaan, emosi dan  naluri di dalamnya, sehingga dalam keberjalanannya akan banyak dinamika dalam interaksi sosialnya. Kadang marah, sedih, bosan, gembira. Sesekal...

Menjemput Harapan

Hidup terkadang sulit diterka Akan kemana membawa kita Bila saja segala rencana Berjalan apa adanya Begitulah potongan lirik Nyanyian Harapan milik Ran Apakah kamu pernah bertanya, kenapa hidupku gini-gini aja? Kenapa hidupku begitu pahit? Kenapa hidup ini begitu banyak masalah dan berat?!? Ada yang pernah atau sering bertanya seperti itu?? Apakah kita mencari jawaban yang bisa langsung diterima dan dirasakan? Tunggu! Selain seorang hamba dianjurkan untuk berdoa agar mendapatkan ketenangan hati dan solusi, mereka juga dituntut agar selalu memperluas pergaulan. Memeperbanyak melakukan kebiakan. Menyapa sebanyak mungkin orang dengan kemurahan hati. Bayangkan jika seorang hamba berdoa pada Tuhan-nya di sepertiga malam kemudia ia mendengar suara balasan atas doanya tersebut. “Ya, Aku kabulkan permintaanmu.” Apa yang akan kamu rasakan? Aneh? Merinding? Atau takut karena suara aneh terdengar entah dari mana asalnya. Boleh jadi, solusi atau jawaban atas doa-doa kit...

Mobil Pick Up Pengantar Beras

Ceritanya Koko Aciang, seorang pemasok beras terbesar di Surakarta. Kelihaiannya dalam berbisnis sudah tidak diragukan lagi. Banyak pemasok yang datang ke toko Koko Aciang untuk membeli beras yang kemudian akan dijual kembali di toko atau warung masing-masing. Suatu ketika Koko Aciang mendapat pesanan 5 pick up beras dari salah seorang kliennya di dari Pasar Kliwon, Ngoresan, Colomadu, Mojosongo, dan Singosaren. Koko Aciang senang, oh tentu. Sesegera mungkin Koko memerintahkan anak buahnya untuk mengangkut beras-beras tersebut ke pick up.  Pick up pertama sudah terisi dan kemudian berangkat ke arah Pasar Kliwon. Kemudian pick kedua, ketiga, dan keempat. Namun, suatu kendala terjadi pada pick up kelima. Beras sudah diangkut ke mobil pick up tersebut tinggal jalan. Akan tetapi mobil tersebut ada masalah pada mesinnnya. Berkali-kali dicoba untuk dinyalakan, namun mesin mobil tak kunjung nyala. 15 menit berlalu. Akhirnya Koko Aciang pun memanggil teknisi mesin untuk meme...

Lamborgini dan Jalannya

Hmm.. yeah! Akhirnya gue menulis di blog ini lagi setelah lebih dari 3 tahun vakum dari penulisan. Rasanya tulisan adalah nyawa, kekuatan, senjata yang kekal keberadaannya. Dan izinkan gue sedikit berbagi pada permulaan yang baru ini... Di sini gue akan berbicara soal kepemimpinan. Namun sebelum itu, gue ingin mengajak kalian semua untuk  berjalan-jalan sejenak. Hehe... Ketika kalian pergi ke luar negeri, entah itu ke Eropa, Amerika, Australia tentu kalian melihat pemandangan yang sangat berbeda. Coba perhatikan jalan rayanya. Apa merek mobil yang kebanyakan di sana? Lamborgini? Ferrari? Ducati? Royal Royce? Volvo? Lexus? Ada lagi..? Mungkin kita akan sedikit norak atau merasa ‘wow’ ketika melihat pertama kali. Tentu kita akan bersikap wajar bila sudah terbiasa melihat mobil-mobil tersebut berlalu-lalang di jalanan sana.  Lantas, apa hubungannya mobil dengan merek-merek ternama dengan kepemimpinan? Sstt.. tunggu dulu. Ini semua belum berakhir. Sekarang, ba...