“I fear the day that technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots.”
-Albert Einstein
Zaman berkembang pesat. Pada abad 18, manusia berfokus melakukan produksi pada bidang pertanian, peternakan, dan pertambangan. Zaman ini disebut dengan Era Pertanian/Agricultural Age. Siapa yang banyak memiliki ladang, maka dialah penguasanya. Kemudian masuk ke abad 19 yang disebut dengan Era Industri/Industrial Age dimana hal ini bermula dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt yang menandakan revolusi industri di dunia. Siapa yang banyak memiliki pabrik, maka dialah penguasanya. Setelah Era industri berakhir, masuklah era 1990an hingga saat ini disebut dengan Era Informasi/Information Age. Dimana siapa yang menguasai teknologi informasi, maka dialah yang menguasai dunia. Dan dari saat ini hingga masa depan kita akan memasuki Era Konseptual/Conceptual Era dimana kebutuhan manusia mengalami perkembangan secara variatif dan modern.
Berhenti sejenak! Sadar atau tidak sadar kita sedang berada di zaman yang over connected. Dimana jarak yang jauh dapat menjadi dekat karena kemajuan teknologi. Sesuatu yang sulit dapat menjadi mudah dalam hitungan menit atau bahkan detik. Dahulu, para perawi hadist akan berjalan puluhan hingga ratusan kilo meter untuk mendapatkan kebenaran satu hadits, namun saat ini kita hanya butuh satu atau dua kali klik untuk mendapatkannya. Dahulu, orang ingin berjodoh harus melalui pertemuan dengan orang tuanya dan serangkaian proses, sekarang setiap individu berkesempatan untuk mendapatkan calon pasangan mereka di media sosial. Dahulu orang berpikir bahwa tidak mungkin besi dapat terbang, kini kita dapat melihat burung besi terbang ke sana ke mari dalam hitungan jam. Jarak dan waktu seakan dilipat. Namun, apakah perkembangan teknologi akan selalu membawa kemajuan atau sebaliknya akan menjadi kemunduran dari suatu peradaban manusia?
Alkisah, suatu hari banyak orang merasa terancam hanya gara-gara media sosial. Entah karena komen seseorang yang mengkritik dirinya, karena teror yang datang pada dirinya padahal menggunakna fake account, karena tidak rutin up date status, ingin dilihat layaknya kaum berkelas atau kaum borjuis, tidak sering melakukan selfie, dan berbagai alasan lainnya. Hal-hal aneh lain pun juga terjadi, seperti ada orang yang memposting foto namun di bawahnya bertuliskan “No caption” sedangkan 2 kata tersebut merupakan bagian dari caption, dan sebagainya.
Kisah yang tak jauh bebrbeda. Cukup miris melihatnya, tapi nyata. Banyak juga orang yang pergi bersama kawan atau kerabatnya untuk makan bersama di restauran tapi sesampainya di sana ia sibuk dengan gadget nya. Banyak momen yang berharga berlalu begitu saja. Orang telah masuk dan keluar, percakapan sudah banyak dibahas, ia tetap asyik dengan dunianya masing-masing. Tak jarang, hal yang pertama kali dicari sesampai di restaurant adalah stop kontak dan wifi sehingga kebutuhan dasar manusia tak lagi sandang, pangan, papan, tapi juga colokan dan jaringan. Maka ketahuilah bahwa kita telah kehilangan sesuatu yang tidak dapat kembali lagi. Waktu terus berlalu.
Di sini, saya tidak mengatakan bahwa saya anti terhadap perkembangan teknologi, medsos, dan berbagai entitasnya. Di sini, saya ingin mengajak merenung bersama, sadarkah bahwa kita lebih suka ramai di grup WA tapi tidak di grup Nyata? Sadarkah bahwa kita lebih mementingkan appearance ketimbang kualitas? Sadarkah bahwa kita lebih senang dengan teman maya daripada teman nyata? Sadarkah bahwa terkadang perkembangan teknologi telah mendangkalkan pola berpikir kita? Tak sedikit postingan di media sosial yang tersebar tanpa filter.
Cobalah kawan, sesekali berjalan lambat jika biasanya berjalan cepat. Sesekali menyapa penjual makanan di sekitar tempat kita atau supir taksi yang mengantarkan kita ke tujuan. Pandang dan sapalah sahabat yang sedang beridiri di sudut jalan itu. Galilah cerita dari mereka. Istirahatkanlah gadget kita sejenak. Carilah ketenangan dan inspirasi di tempat lain. Dengarkan hembusan angin yang berlalu. Pandanglah langit yang biru itu sedikit lebih lama. Perhatikan gerakan rumput yang bergoyang. Dengarkan bisikan lebah yang tengah berkerumunan itu. Kita akan mendapat lebih banyak hikmah yang berserak di kehidupan ini.
Mari manfaatkan perkembangan teknologi untuk kemajuan, bukan untuk kemunduran.😊
Komentar
Posting Komentar