sumber foto: https://humairoh.com
Materi ini saya dapat dari sharing pra-nikah bersama teman saya ketika i'tikaf malam terakhir Ramadhan 2019. Semoga bermanfaat :)
Sebelumnya, Setahun yang lalu, saya adalah orang yang enggan banget dengan bahasan pernikahan. Belum waktunya lah. Tabulah. Tapi kalau dipikir-pikir, kalau kita tidak membahasnya, maka kita tidak terfikirkan untuk mempersiapkannya. Ngga ada tekad kuat untuk menjadi pribadi lebih baik. Ngga sadar ada tanggung jawab yang lebih besar lagi. Dan ya.. ngga tambah kematangan dalam bertanggung jawab dan memikul amanah.
Istilahnya “remaja” lah. Ngga mau disebut anak2, ngga mau disebut dewasa. Pada fase itulah, seseorang seakan bebas melakukan kejahatan, dan kesalahan. Bebas dari tanggung jawab. Padahal istilah itu tidak ada dalam Islam. Di Islam, hanya ada masa kecil dan masa setelah baligh (dewasa). Kalau sudah baligh, perbuatan baik dan buruknya sudah tercatat di timbangan amal. Sudah menanggung konsekuensi hukum.
Oke, mulai ya..
Ada banyak cara menuju pernikahan. Namun, kali ini saya mau sharing yang metode ta’aruf (kenalan). Oh iya, ini materinya didapat dari temen yang sudah menikah.
Sebelum melaksanakan proses ta’aruf, coba evaluasi diri, apa sih yang melatar belakangi kita mau menikah? Apakah sekedar nikah saja, mau melanjutkan keturunan saja, atau ibadah kepada Allah?
Bicara pernikahan, maka kita akan berbicara sesuatu yang amat penting. Melaksanakannya sama dengan menyempurnakan setengah agama. Bukan main memang. Maka niat yang lurus, yaitu niat untuk mengabdi pada Ilahi amat diperlukan.
Ketika niatnya sudah lurus karena Allah, maka cara menuju ke sana harus yang baik. Harus diridhoi Allah SWT. Karena bagaiamana mungkin, tujuan yang baik diiringi dengan cara-cara yang tidak baik. Kamu lebih tau lah pokoknya
Setelah urusan niat udah beres, maka lanjut ke tahap berikutnya. Kita sampaikan niat baik kita ke orang yang kita anggap bisa menjaga kerahasiaan dan terpercayalah pokoknya. Bisa ke guru spritual atau mentor hidup kita. Sampaikan mereka perihal kriteria calon kita. Nanti kita akan diminta untuk membuat CV diri kita.
Nah, setelah mereka mendengar yang kita utarakan dan menerima CV, kita akan diberi referensi nama yang sekiranya cocok dengan kriteria kita. Ngga langsung dapet nama calonnya. Sang mentor akan observe juga kenalan mereka. Setelah dapet, mentor akan kasih tau ke kita. Kalo kita tertarik kriteria sekilasnya, CV si calon bakal dikasih ke kita (laki-laki). Btw, kalo kita udah punya calonnya, langsung tembak aja namanya. Minta dibimbing prosesnya sama mentor.
Ketika kita (laki-laki) udah ok nih sama CV perempuan, baru deh kita ajukan CV kita ke pihak perempuan melalui mentor/guru spriritual kita. Setelah didapat, kita pelajari deh CV si calon. Dan dalam keberjalanannya, libatkan orang tua untuk menyetujuinya. Liatin foto calon. Kok begitu? Karena pernikahan bukan hanya mempertemukan dua insan saja, tapi dua keluarga. Keduanya harus match. Ortu harus ridho. Temen saya sampe 8x ditolak sama ortunya. Manteb kan? Jadi, memang harus sabar.
Oh iya, jangan lupa sholat istikhoroh juga. Minta petunjuk. Sholatnya 2 rakaat diniatin istikhoroh. Setelah sholat, doa. Output dari sholat istikhoroh bisa dari mimpi atau kemantapan hati. Hati menjadi mantap bisa sampai 2 pekanan. Tergantung orangnya.
Kalau udah lolos scanning ortu, baru deh siap2 masukan CV kita ke pihak perempuan melalui mentor kita. Kalau CV laki-laki udah berada di pihak perempuan, itu artinya si perempuan sudah tau, kalau ada laki-laki yang berniat untuk berkenalan (ta’ruf) dengannya. Kita tunggu konfirmasinya bila akan lanjut ke tahap selanjutnya.
Sembari menunggu jawaban, kita juga observe si calon. Bisa dengan menanyakan kepribadiannya ke orang terdekat calon yang bisa menjaga kerahasiaan. Kenapa mesti rahasia? Karena kan belum tentu jadi.
Kenapa baiknya yang pertama kali nerima CV itu laki-laki, baru perempuan? Karena kalau ke perempuan dulu baru ke laki-laki, abis itu ditolak, si perempuan bisa sakit hati berkepanjangan. Beda dengan laki-laki, kalau ditolak, ya paling sepekan aja perasaan down-nya.
Setelah mendapat konfirmasi lanjut dari si perempuan, barulah si laki-laki dan si perempuan dipertemukan oleh pihak mediator. Tempat jangan yang terbuka ya. Karena ini masih belum pasti jadi. Pada forum tersebut, kedua belah calon berhak untuk mengajukan pertanyaan sedetail mungkin. Jangan sampai menyesal kalau sudah jadi. Biasanya sih seputar visi misi hidup, hal2 yang tidak disukai, cara mendidik anak, dsb.
Setelah melalui tahap ketemuan (di satu ruangan yang sama tapi ngga saling hadap), barulah calon laki-laki menghadap ke ortu calon perempuan dan begitu pun sebaliknya. Pada pertemuan tersebut, calon laki-laki mengutarakan niat baik untuk meminang anaknya. Jika ortu perempuan ok, barulah menyepakati tanggal dan serangkaian acara akad dan nikahnya, seperti konsep acara, hingga biaya yg akan dikeluarkan.
Ketika akan mengadakan pesta/walimah, perlu diperhatikan bahwa setiap keluarga memiliki harkat dan martabat. Jadi, berilah yang terbaik. Tidak berlebihan juga ya. Jagalah nama baik kedua keluarga.
Kurang lebih, seperti itulah wawasan mengenai proses ta’aruf yang saya dapati dari teman saya.
Kelihatan ribet yah?
Ngga kok. Hanya istimewa saja. Ta’aruf bukan seperti memilih kucing dalam karung. Bagi yang sudah berniat atau berencana untuk menikah, harus dipersiapkan dengan matang. Baik dari segi ilmu, hingga materil. Memang sih jangan sampai tidak jadi menikah karena finansial, karena ada keyakinan rezeki akan diperlancar setelah menikah. Benar kok, tapi bukan berarti urusan finansial dikesampingkan.
jangan dikira setelah menikah itu hepi-hepi aja. No! Akan ada tanggung jawab baru, dan tentunya lebih besar.
Lagi, ada beberapa ujian nih bagi independen, yang akan nikah, dan yang sudah menikahz
#1 Ujian bagi orang yang sedang dimabuk cinta adalah setiap perjumpaan akan dibuat indah oleh iblis. Naik terus. Tambah terus. Hingga level yang tinggi. Iblis selalu mencari cela untuk mengarahkan manusia ke perilaku yang negatif.
#2 Sedangkan, ujian bagi orang yang sedang melakukan proses ta’aruf adalah membatalkan pernikahan. Akan diuji dengan opsi yang kelihatannya lebih baik. Karena iblis ngga seneng kalau kaum Adam dan Hawa bersatu dalam ikatan yang sah.
#3 Adapun ujian bagi orang yang sudah menikah adalah perceraian. Kerjaan iblis emang suka mengiming-imingi manusia yang terlihat bagus dan asik.
Pilihlah calon pendamping yang baik agamanya, baik ilmunya, baik fisiknya, baik budi pekertinya, baik sikapnya, baik keturunannya, baik hartanya. Sebab kelak, dosa sang istri akan ditanggung oleh suami. Kan repot kalau ga sama pasangan sholihah.
Perempuan itu dilihat dari masa lalunya.
Sedangkan laki-laki dilihat dari masa depannya. Perempuan bercita-cita besar, membutuhkan laki-laki bervisi besar. Pun sebaliknya.
Nah, setelah jadi kedua insan menikah, baru deh pergi kemana gitu untuk membangun cinta. Eeakk.
Demikian sharingnya.
Semoga bermanfaat. Semoga makin semangat lagi untuk lebih baik lagi. Dan kalau kamu nikah, kabar-kabar ya. Hehe.
Komentar
Posting Komentar