Waktu silih berganti. Dunia terus menua. Berbagai
perkembangan pun terus terjadi. Setinggi apa pun pendidikan seseorang, dirinya
tidak akan mampu memungkiri. Setiap manusia akan tetap terus berada dalam
lautan zaman yang terus berkembang. Teknologi baru hadir di kehidupan ummat
manusia setiap bulannya. Siapa yang lamban mengikutinya maka ia akan
tertinggal. Siapa yang menolaknya, maka ia akan mati. Hal tersebut mempengaruhi
gaya hidup setiap individu. Mulai dari kegiatan pendidikan, transportasi,
kesehatan, politik, hingga ekonomi. Karena perubahan adalah kepastian.
Di tengah arus perubahan zaman yang
terjadi, berbagai hal baru pun terus hadir mewarnai kehiduapan manusia. Gedung
pencakar semakin bertambah, lahan desa menjadi kota, jarak manusia satu dengan
yang lain semakin dekat, pergerakan komunikasi semakin cepat adalah beberapa
bukti dari perubahan zaman. Semua berubah. Namun, ada satu hal yang harus tetap
dijaga, yakni identitas sebuah bangsa.
Budaya merupakan bagian dari sebuah
identitas dari suatu bangsa. Menurut Selo Soemardjan, “budaya
adalah sebuah hasil karya, rasa dan juga cipta masyarakat.” Jika boleh diumpamakan, negara adalah suatu tubuh, sedangkan
budaya adalah akarnya. Jika suatu bangsa menjaga budayanya, maka bangsa
tersebut akan kuat dan tetap eksis di tengah perkembangan zaman. Kita dapat
mengambil pelajaran dari bangsa Jepang. Walaupun teknologi terus berkembang,
Jepang dikenal dengan bangsa yang amat memegang teguh budayanya. Kita bisa
melihat bagaimanan mereka menjaga budayanya, sebagai contoh jenis makanan khas
Jepang yang menjadi populer di berbagai tempat, termasuk di Indonesia.
Budaya merupakan sebuah entitas yang
semestinya tidak lekang dari zaman. Hebatnya suatu bangsa, tidak hanya dapat
diukur dari pertumbuhan dan perkembangan ekonominya. Tapi bagaimana mereka
menjaga dan mempraktikkan budayanya. Karena di situlah tanda sebuah peradaban
yang hidup dan identitas yang nyata. Jika Jepang mampu menjadi bangsa yang maju
tanpa menghilangkan budayanya tentu bangsa besar sekelas Indonesia mampu pula
menjaga budayanya.
Makanan tradisional adalah satu dari
sekian banyak kekayaan budaya bangsa Indonesia. Beberapa di antaranya pun diakui
oleh dunia, seperti rendang dan nasi goreng. Konon katanya, satu tahun tidaklah
cukup mengunjungi semua daerah Indonesia. Bayangkan, jika setiap daerah
memiliki makanan khasnya. Tentu, Indonesia memiliki banyak jenis makanan. Namun
bagi sebagian orang, makanan tradisonal tidak lagi menjadi kebanggaan. Mereka
lebih memilih dan bangga mengkonsumsi atau pergi ke rumah makan asing. Salah satu
kasus yang pernah penulis temui adalah jika seseorang memakan tempe sebagai
lauknya, kesan yang timbul adalah orang tersebut berlatar belakang keluarga
dengan ekonomi rendah atau tempe merupakan jenis makanan level rendah. Di saat
yang bersamaan, orang asing malah bangga mengkonsumsi tempe bahkan ada yang
memproduksi dan menjualnya di pinggiran jalan kota London. Hal ini perlu
menjadi bahan renungan kita bersama. Akan menjadi pilu, jika bangsa lain yang mempopulerkan
budaya bangsa lain sedangkan bangsa sendiri mulai enggan untuk merasa bangga
dengan budaya sendiri.
Menjaga identitas bangsa Indonesia tidak
harus melulu ditempuh melalui jalur politik atau dari hal-hal berat. Tapi kita
dapat melakukannya dari hal-hal kecil. Setiap anak bangsa Indonesia mampu mengambil
kontribusi dalam melestarikan budaya
Indonesia. Salah satunya melalui pelestarian makanan tradisional. Caranya pun banyak yang dapat kita lakukan,
seperti lebih memilih makanan khas Nusantara ketimbang makanan cepat saji,
mengatur jadwal pergi ke pasar untuk membeli jajanan pasar, menyediakan jajanan
pasar ketika mengadakan suatu acara, dan lain-lain. Produsen jajanan pasar atau
makanan tradisonal pun menerima dampaknya, yakni kantung ekonomi mereka
tersisi.
Kitalah yang menjaga identitas bangsa Indonesia,
bukan yang lain. Perdaban suatu bangsa dapat dilihat dari bagaimana cara
masyarakat menjaga baik budayanya.Mari konsumsi jajanan pasar! Mari menjaga
budaya bangsa! Mari menjaga identitas Indonesia!
Komentar
Posting Komentar