“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin.”
As-Sajadah:12
Apa pun pangkatnya, seberapa banyak kekayaannya, secepat apa pun ia berlari,
sepandai apa pun ia mengumpat di muka bumi, setiap jiwa pasti akan mati. Kemana
pun seseorang pergi, ia tidak dapat mengelak dari kematian. Karena kematian
tidak bisa ditebak kapan dan dimana terjadinya. Para malaikat akan datang
kepada manusia manakala titah Sang Pencipta telah diterima. Tanpa basa-basi,
mereka dengar, mereka patuh. Tidak ada satu pun pihak yang dapat bernegosiasi
dengan malaikat maut perihal ketetapan kematian.
Setiap jiwa
pasti akan mati dan setiap yang mati pasti akan menyesal. Baik yang banyak beramal
buruk maupun beramal baik. Manusia beramal buruk menyesali tingkah lakunya
selama di dunia karena begitu banyak keburukan yang diperbuat. Sedangkan
manusia beramal baik menyesali kenapa tidak lebih banyak melakukan kebajikan.
Lantas, bagaimana agar kebanyakan manusia tidak menyesal? Saat ini, tentu
setiap kita belum pernah merasakan kematian.
Artificial regret merupakan rasa penyesalan
buatan dimana penyebabnya belum pernah terjadi. Bagaimana jika kita yang
sekarang adalah orang-orang yang baru saja diberi kesempatan kedua untuk hidup
di dunia oleh Allah? Kita sudah tahu betapa berat dan banyak siksaan dan nikmat
di akhirat. Maka hal yang akan kita lakukan adalah beramal dengan
sebaik-baiknya amal. Kita telah menyesal dengan laporan hidup kita. Kita takut
dengan murka Allah. Inilah kehidupan kedua.
Ketika kita
melihat kawan atau orang yang sedang lalai, maka kita mengingatkannya dengan
baik dan lembut walaupun orang tersebut tidak menyukai tindakan kita. Namun,
kita tetap melakukannya terus menerus tanpa lelah dan bosan. Karena kita telah
mengetahui balasan membiarkan orang dalam keburukan. Orang yang hanya berbuat
baik bagi dirinya sendiri adalah suatu celaka. Karena kebaikan itu harus
dilakukan bersama-sama agar dirasakan manfaatnya. Ketika suatu saat kita
bermalas-malasan di waktu dhuha atau pun sepertiga malam, kita ingat bahwa ini
adalah kehidupan kedua. Tak butuh waktu lama, kita bangkit dan mendirikan
sholat. Kita hanya mengharap ridho-Nya, tak lebih.
Di
kehidupan kedua inilah kita beramal lebih baik dan lebih banyak. Kita tidak
akan menyia-nyiakan kesempatan ini karena kita telah menyesal. Menyesal karena
tidak lebih banyak kebaikan yang kita lakukan. Menyesal karena tidak banyak
karya yang kita torehkan. Menyesal karena masih sedikit kasih sayang yang kita
sebarkan. Menyesal karena masih sedkit sedekah yang kita dermakan. Ya, kita
menyesal. Mulai hari ini dan selamanya, kita akan berikan yang terbaik dalam
kehidupan yang kedua ini.
Komentar
Posting Komentar