Suatu hari, seorang teman bertanya,
“Yas, besok lu pas pemilu pilih siapa?”
Belum sempat dijawab, ia pun menjawab pertanyaannya sendiri,
“Pasti Prabowo ya...”
“Kok bisa gitu?” Tanya saya.
“Soalnya kalo pendukung Prabowo itu ya yang Islam-islam gitu. Suka bawa-bawa agama.”
Mendengar jawabannya, saya hanya tersenyum dan berkata dalam hati, “ Lah, emang agama lu apaan?”
Pemilihan Umum sudah tinggal beberapa hari lagi. Kemenangan sudah di depan mata. Bagi saya, menang bukan berarti hanya banyak-banyakan masa, tapi berdiri dengan kebenaran dan kebaikan serta bisa lebih dekat dengan Pencipta adalah arti kemenangan.
Kejutan demi kejutan terus diperlihatkan setiap hari, mulai tata tertib debat yang janggal, distribusi kotak dan surat suara yang diantar ala kadarnya, perlakuan hukum yang tidak adil, orang gila dipaksa nyoblos, kertas suara yang sudah dicoblos, hingga pernyataan dukungan tokoh-tokoh besar. Sebenanrnya, kalau kejanggalan itu dijabarkan semua, tentu kolom ini tidak cukup. Terlalu banyak.
Bagi mereka yang memiliki nama, mungkin amat sangat berhati-hati dalam menjatuhkan dukungan. Sekelas dr. Gamal Albinsaid, Rizal Ramli, Ricky Elson, Rizal, Ust. Hanan Attaki, Ust. Adi Hidayat, Ust. Bachtiar Nasir, Habib Rizieq Syihab, Ust. Abdul Somad, Pdt. Benyamin Daniel, Natalius Pigai, Jendral Gatot Nurmantyo, Dahlan Iskan hingga yang terbaru adalah Ustadz Adi Hidayat telah menyatakan dukungan politiknya secara terbuka. Mereka akhirnya berpihak. Lantas bagaimana dengan kita yang masih “bukan siapa-siapa”?
Saya percaya, setiap kandidat baik itu Pak Jokowi maupun Pak Prabowo adalah putra bangsa pilihan yang memiliki niat baik untuk Indonesia. Hanya saja, kita perlu melihat siapa orang di sekelilingnya. Siapa orang yang berbisik untuk setiap langkah yang diambil. Sekumpulan di belakang kedua tokoh itu adalah cerminan dari kualitas tim yang akan membangun negara dan bangsa ini. Sederhananya, kita dapat melihat mereka dari setiap debat ke debat di layar kaca. Perhatikan setiap kata yang keluar dari mulutnya, itulah gambaran dari cara dan kemampuan berpikir serta kapasitas kandidat Presiden Ke-8 dalam membangun Indonesia.
Kalau kita mau jujur pun, Indonesia dalam 5 tahun masih belum baik. Nawacita nampaknya hanya menjadi pelaris dagangan di awal pemerintahan, tapi banyak kalangan menilai kebijakan yang dihasilkan amat bertolak belakang dari misi tersebut. Ukurannya bukan hanya di infrastruktur yang sering digembor-gemborkan seperti saat ini, tapi mari lihat secara keseluruhan. Makin membaik, sama saja, atau malah makin memburuk. Di beberapa kesempatan, Wapres RI sendiri, Jusuf Kalla melontarkan kritik secara terbuka terkait beberapa kebijakan infrastruktur pemerintah Jokowi. Salah satunya pada saat CNBC Indonesia Economic Outlook 2019.
Pemilu 2019 akan menjadi ujian yang berat bagi setiap warga negara Indonesia untuk menentukan dimana mereka berpihak. Karena sejatinya tidak ada yang benar-benar netral di dunia ini. Kecendrungan adalah keniscayaan.
Mata kita terbatas untuk melihat yang sesungguhnya, mungkin karena dosa yang kita perbuat. Maka hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah melihat orang-orang di sekelilingnya.
Hari ini saya semakin mantap mendukung pasangan Prabowo Subianto & Sandiaga Uno untuk Indonesia 5 tahun ke depan. Bagi saya, merekalah yang paling jelas visi dan perencanan membangun Indonesia.
Nanti malam adalah debat terakhir! Hadir nobar atau tonton ajang gagasan itu.
Perhatikan dengan seksama kandidat Presiden selanjutnya.
Buka mata.
Mantapkan hati.
Tentukan pilihan.
Jangan mau kalah sama orang gila.
Jika pada akhirnya kita berbeda pilihan,
Persaudaraan tetap dijaga.
Harapan kita untuk,
Indonesia Maju.
Indonesia Menang.
Allahu Akbar!
Merdeka!
#jokowi #prabowo #marufamin #sandiagauno #indoneisamaju #indonesiamenangZa
Komentar
Posting Komentar